Saint-Exupery, Antoine de. 2003. Pangeran Kecil. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ulasannya.
“Apa yang penting,
tidaklah bisa dilihat.”
Buku ini bukan untuk anak-anak.
Walaupun bukunya cuma seratusan halaman dan banyak gambar berwarna yang sepertinya
digambar asal saja, ini buku yang ditujukan untuk orang dewasa. Siap-siap
miris, kamu-kamu orang dewasa, saat baca buku ini. Enggak tahu deng, orang kan
beda-beda yah.
“Orang-orang dewasa
memang seperti itu...”
Pangeran Kecil adalah buku yang
membuat saya teringat akan kisah Peter Pan. Enggak ada hubungannya sih dengan
Neverland dan bubuk peri. Kesamaannya terletak pada keengganan si tokoh cerita
untuk menjadi orang dewasa. Dan saya pribadi dari dulu punya iri hati yang amat
sangat terhadap Peter Pan karena dia bisa jadi anak kecil terus, bisa bahagia
tanpa perlu alasan, bisa punya Tinkerbell! Oke, balik ke topik. Tokoh utama buku
Pangeran Kecil ini adalah ‘aku’, yang semasa kecilnya punya opini sendiri
tentang betapa membosankannya orang-orang dewasa.
“Maka akupun sendiri,
tanpa orang yang benar-benar bisa kuajak bicara...”
Sosok ‘aku’ pada akhirnya tumbuh
dewasa dan berkarir sebagai penerbang pesawat. Saat dia terdampar di Gurun
Sahara lah dia bertemu Pangeran Kecil, satu-satunya orang yang mengerti gambar
yang pernah dibuatnya waktu kecil. Orang dewasa selalu salah mengartikan
gambarnya, tapi Pangeran Kecil tidak. Malah Pangeran Kecil tersebut justru
punya pandangan yang sama persis, atau lebih ekstrim, tentang orang dewasa. Tapi
sosok ‘aku’ tidak bisa benar-benar mengerti Pangeran Kecil karena dia sendiri
sudah menjadi orang dewasa.
“Gambarku bukan gambar
topi. Itu gambar boa pembelit yang
menelan gajah.”
Buku ini
memang baiknya dibaca oleh orang dewasa. Karena kalau anak kecil, seperti saya
waktu SMP, yang membacanya, tidak akan bisa merasakan betapa imajinasi
tergantikan menjadi rasionalitas saat dewasa. Dan itu hal yang menyedihkan
menurut saya, karena itu tak terhindarkan. Buku Pangeran Kecil, dengan caranya
sendiri, seperti menampar saya. Walau begitu, pelajaran yang saya ambil mungkin
lebih ke ‘berpikiran luas dan tak terbatas’ daripada ‘kembali bertingkah
seperti anak-anak’.
“Tetapi mawarku,
walaupun cuma setangkai, jauh lebih berarti daripada kalian semua, karena
dialah yang kusirami. ... karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh,
atau menyombongkan diri, atau ketika dia cuma membisu. Karena dia mawarku.”
Tapi buku
ini lebih dari itu! Exupery juga dengan sangat indah menyusupkan pelajaran
tentang cara mencinta, konsep berteman, dan pentingnya mendengarkan hati kita.
Tapi, tipikal karya sastra lah, ini semua tidak secara gamblang disebutkan.
Pesan-pesan tersirat ini yang mungkin akan tidak dimengerti oleh pembaca muda.
Namun, karena pesannya tersirat, pembaca bisa saja menangkap hal yang
berbeda-beda dari buku ini.
“Waktu itu dia hanya
sekedar rubah, seperti 100.000 rubah lainnya. Tetapi aku membuatnya menjadi
temanku, dan sekarang dia unik di dunia ini.”
Secara
keseluruhan saya merasa buku ini pantas ada di jajaran legendaris versi saya,
walaupun sebenarnya tidak semenakjubkan itu sih secara konten. Tapi, kenyataan
bahwa ini karya sastra Perancis (satu-satunya yang pernah saya baca) dan pertama kali terbit tahun 1943 (waktu Perang Dunia II loh!) bisa
jadi nilai tambah. Dan tentu jangan dilupakan, gambar-gambar yang ada di buku
ini digambar oleh Exupery sendiri. Saya suka banget buku begitu! Tahu kan? Buku
yang ditulis dengan keren terus ada gambar-gambarnya segala yang digambar si
penulis sendiri. Sempurna. Nyaris deng. Soalnya kayak yang tadi saya bilang.
Buku ini tipikal sastra klasik, enggak semua bisa kita tangkap dengan jelas.
Yah, saya memang belum terlalu menikmati yang begitu.
“Tetapi aku masih
terlalu muda sehingga belum tahu bagaimana mencintainya.”
Setelah membaca buku ini, saya bisa
bilang ini buku yang indah untuk dibaca. Bahkan di akhir cerita saya cukup
terharu dibuatnya. Bukan karena sedih atau apa, tapi simpel, karena ceritanya
indah. Memang sih tidak cukup untuk menimbulkan rasa ‘kehilangan’, seperti buku
spektakuler lainnya, tapi ini membuat saya merenung. Bagaimana yah kabar Pangeran
Kecil sekarang?
“Jika suatu misteri
terlalu menakjubkan, kau tak berani mempertanyakannya.”
Kutipan lainnya.
“Melupakan teman sungguh menyedihkan. Tak
semua orang punya teman. Dan jika aku memang melupakannya, aku mungkin akan
jadi seperti orang-orang dewasa itu, yang tidak memedulikan hal lain kecuali
angka-angka.”
“Kita harus menuntut dari seseorang apa yang
bisa diberikan oleh orang itu.”
“Dia akan malu sekali, .... Dia akan
batuk-batuk terus dan berpura-pura mau mati, demi menghindari cemoohan. Dan aku
harus berpura-pura merawatnya... karena kalau tidak, untuk menghinaku dia akan
membiarkan dirinya benar-benar mati.”
__________
__________
Saya waktu pertama kali baca buku ini...
Saya membaca PANGERAN KECIL ini ditahun 1984, dan buku yang ada ditangan saya sekarang adalah BUKU YANG KETIGA kubeli tahun 1998, begitulah kedua buku sebelumnya cepat usang menemani aku tidur. BUKU YANG KETIGA itu tidak akan selamat kalau bukan karena selama sepuluh tahun dipinjam temanku dan baru dikembalikan tahun 2010. Sebegitu hebatnya kah buku ini?. Aku akan mengabadikannya dalam blog tersendiri page by page, dengan penelaahan sufistik.
ReplyDeleteMenurut saya buku ini penuh pesan filosofis yang dalam dan memang merupakan buku yang banyak dipujapuji orang. Wajib baca lah buat semua yang suka sastra.
DeleteNanti kalau tulisan blognya sudah selesai, bagi link-nya yah di sini. Biar saya bisa berkunjung :)
Tolong infonya dong, beli dmn yah bukunya?
ReplyDeletedi toko buku mungkin udah susah yah nyarinya. ini di gramedia online ada, coba cek link ini..
Deletehttps://www.gramediaonline.com/moreinfo.cfm?Product_ID=738795
tapi bentuknya komik bilingual, kayaknya asik juga kalo baca versi bilingual. tapi gak jelas tuh bahasa apa, soalnya kan ini aslinya dari bahasa perancis..
Iya ini kan emang terkenal bgt ya sampai dibuat taman gitu dijepang hehe tapi sygnya blm banyak yg baca dan katanya kisah dinovel cerita penulis pribadi dan penulisnya itu sifatnya misterius gitu
ReplyDeleteAku kurang tau sih info lebih tentang penulisnya, atau latar belakang cerita ini. Tapi memang dia itu pernah jadi penerbang dan sempat terdampar juga di gurun selama beberapa hari (kayak yang dialami tokoh buku ini).
Delete