Wednesday, September 4, 2013

The Little Prince (Pangeran Kecil) - Antoine de Saint-Exupery



Saint-Exupery, Antoine de. 2003. Pangeran Kecil. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rating 3,5 bintang
(review in English, click here)
 
Buku versi Bahasa Indonesia terbit tahun 2003.
 
Kenapa saya baca buku ini? 
Enggak tahu sejak kapan tahu kalau buku ini cukup legendaris. Eh, sampai sekarang enggak tahu deh memang legendaris atau enggak. Pokoknya, kira-kira waktu saya SMP, saya memang sudah tukang baca, dan seingat saya buku Pangeran Kecil ini beberapa kali disebut di beberapa literatur yang saya baca waktu itu. Kesan yang saya dapat gara-gara hal tersebut, sepertinya buku Pangeran Kecil ini adalah buku legendaris (artinya kutu buku kayak saya wajib punya) dan saya pun pada akhirnya beli ini buku. Yang bikin ragu tentang kelegendarisan buku ini adalah, orang-orang di sekitar saya yang saya anggap pembaca kayak saya, enggak ada yang familiar dengan buku ini. Yang bikin makin ragu lagi adalah, setelah coba dibaca, saya enggak mengerti isinya, banget banget. Jadi, sudah lama sekali Pangeran Kecil bertengger di koleksi buku saya, dan baru sekarang, sepuluh tahun kemudian, saya bisa, kayaknya  sih, menangkap isi bukunya dan mengulasnya. Dan Exupery bahkan memberikan jawaban yang jelas, yang dulu enggak saya perhatikan, kenapa saya baru bisa mengerti bukunya sekarang, saat saya 23 tahun umurnya.

Ulasannya.

“Apa yang penting, tidaklah bisa dilihat.”
Buku ini bukan untuk anak-anak. Walaupun bukunya cuma seratusan halaman dan banyak gambar berwarna yang sepertinya digambar asal saja, ini buku yang ditujukan untuk orang dewasa. Siap-siap miris, kamu-kamu orang dewasa, saat baca buku ini. Enggak tahu deng, orang kan beda-beda yah.

“Orang-orang dewasa memang seperti itu...”
Pangeran Kecil adalah buku yang membuat saya teringat akan kisah Peter Pan. Enggak ada hubungannya sih dengan Neverland dan bubuk peri. Kesamaannya terletak pada keengganan si tokoh cerita untuk menjadi orang dewasa. Dan saya pribadi dari dulu punya iri hati yang amat sangat terhadap Peter Pan karena dia bisa jadi anak kecil terus, bisa bahagia tanpa perlu alasan, bisa punya Tinkerbell! Oke, balik ke topik. Tokoh utama buku Pangeran Kecil ini adalah ‘aku’, yang semasa kecilnya punya opini sendiri tentang betapa membosankannya orang-orang dewasa.

“Maka akupun sendiri, tanpa orang yang benar-benar bisa kuajak bicara...”
Sosok ‘aku’ pada akhirnya tumbuh dewasa dan berkarir sebagai penerbang pesawat. Saat dia terdampar di Gurun Sahara lah dia bertemu Pangeran Kecil, satu-satunya orang yang mengerti gambar yang pernah dibuatnya waktu kecil. Orang dewasa selalu salah mengartikan gambarnya, tapi Pangeran Kecil tidak. Malah Pangeran Kecil tersebut justru punya pandangan yang sama persis, atau lebih ekstrim, tentang orang dewasa. Tapi sosok ‘aku’ tidak bisa benar-benar mengerti Pangeran Kecil karena dia sendiri sudah menjadi orang dewasa. 
“Gambarku bukan gambar topi.  Itu gambar boa pembelit yang menelan gajah.”

Buku ini memang baiknya dibaca oleh orang dewasa. Karena kalau anak kecil, seperti saya waktu SMP, yang membacanya, tidak akan bisa merasakan betapa imajinasi tergantikan menjadi rasionalitas saat dewasa. Dan itu hal yang menyedihkan menurut saya, karena itu tak terhindarkan. Buku Pangeran Kecil, dengan caranya sendiri, seperti menampar saya. Walau begitu, pelajaran yang saya ambil mungkin lebih ke ‘berpikiran luas dan tak terbatas’ daripada ‘kembali bertingkah seperti anak-anak’.

“Tetapi mawarku, walaupun cuma setangkai, jauh lebih berarti daripada kalian semua, karena dialah yang kusirami. ... karena dialah yang kudengarkan, waktu dia mengeluh, atau menyombongkan diri, atau ketika dia cuma membisu. Karena dia mawarku.”

Tapi buku ini lebih dari itu! Exupery juga dengan sangat indah menyusupkan pelajaran tentang cara mencinta, konsep berteman, dan pentingnya mendengarkan hati kita. Tapi, tipikal karya sastra lah, ini semua tidak secara gamblang disebutkan. Pesan-pesan tersirat ini yang mungkin akan tidak dimengerti oleh pembaca muda. Namun, karena pesannya tersirat, pembaca bisa saja menangkap hal yang berbeda-beda dari buku ini.

“Waktu itu dia hanya sekedar rubah, seperti 100.000 rubah lainnya. Tetapi aku membuatnya menjadi temanku, dan sekarang dia unik di dunia ini.”

Secara keseluruhan saya merasa buku ini pantas ada di jajaran legendaris versi saya, walaupun sebenarnya tidak semenakjubkan itu sih secara konten. Tapi, kenyataan bahwa ini karya sastra Perancis (satu-satunya yang pernah saya baca) dan pertama kali terbit tahun 1943 (waktu Perang Dunia II loh!) bisa jadi nilai tambah. Dan tentu jangan dilupakan, gambar-gambar yang ada di buku ini digambar oleh Exupery sendiri. Saya suka banget buku begitu! Tahu kan? Buku yang ditulis dengan keren terus ada gambar-gambarnya segala yang digambar si penulis sendiri. Sempurna. Nyaris deng. Soalnya kayak yang tadi saya bilang. Buku ini tipikal sastra klasik, enggak semua bisa kita tangkap dengan jelas. Yah, saya memang belum terlalu menikmati yang begitu.

“Tetapi aku masih terlalu muda sehingga belum tahu bagaimana mencintainya.”
Setelah membaca buku ini, saya bisa bilang ini buku yang indah untuk dibaca. Bahkan di akhir cerita saya cukup terharu dibuatnya. Bukan karena sedih atau apa, tapi simpel, karena ceritanya indah. Memang sih tidak cukup untuk menimbulkan rasa ‘kehilangan’, seperti buku spektakuler lainnya, tapi ini membuat saya merenung. Bagaimana yah kabar Pangeran Kecil sekarang?

“Jika suatu misteri terlalu menakjubkan, kau tak berani mempertanyakannya.”


Kutipan lainnya.

“Melupakan teman sungguh menyedihkan. Tak semua orang punya teman. Dan jika aku memang melupakannya, aku mungkin akan jadi seperti orang-orang dewasa itu, yang tidak memedulikan hal lain kecuali angka-angka.”


“Kita harus menuntut dari seseorang apa yang bisa diberikan oleh orang itu.”


“Dia akan malu sekali, .... Dia akan batuk-batuk terus dan berpura-pura mau mati, demi menghindari cemoohan. Dan aku harus berpura-pura merawatnya... karena kalau tidak, untuk menghinaku dia akan membiarkan dirinya benar-benar mati.”
__________

Saya waktu pertama kali baca buku ini... 

6 comments:

  1. Saya membaca PANGERAN KECIL ini ditahun 1984, dan buku yang ada ditangan saya sekarang adalah BUKU YANG KETIGA kubeli tahun 1998, begitulah kedua buku sebelumnya cepat usang menemani aku tidur. BUKU YANG KETIGA itu tidak akan selamat kalau bukan karena selama sepuluh tahun dipinjam temanku dan baru dikembalikan tahun 2010. Sebegitu hebatnya kah buku ini?. Aku akan mengabadikannya dalam blog tersendiri page by page, dengan penelaahan sufistik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya buku ini penuh pesan filosofis yang dalam dan memang merupakan buku yang banyak dipujapuji orang. Wajib baca lah buat semua yang suka sastra.

      Nanti kalau tulisan blognya sudah selesai, bagi link-nya yah di sini. Biar saya bisa berkunjung :)

      Delete
  2. Tolong infonya dong, beli dmn yah bukunya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. di toko buku mungkin udah susah yah nyarinya. ini di gramedia online ada, coba cek link ini..

      https://www.gramediaonline.com/moreinfo.cfm?Product_ID=738795

      tapi bentuknya komik bilingual, kayaknya asik juga kalo baca versi bilingual. tapi gak jelas tuh bahasa apa, soalnya kan ini aslinya dari bahasa perancis..

      Delete
  3. Iya ini kan emang terkenal bgt ya sampai dibuat taman gitu dijepang hehe tapi sygnya blm banyak yg baca dan katanya kisah dinovel cerita penulis pribadi dan penulisnya itu sifatnya misterius gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku kurang tau sih info lebih tentang penulisnya, atau latar belakang cerita ini. Tapi memang dia itu pernah jadi penerbang dan sempat terdampar juga di gurun selama beberapa hari (kayak yang dialami tokoh buku ini).

      Delete

Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...