Saturday, September 28, 2013

Inferno – Dan Brown

Brown, Dan. 2013. Inferno. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Rating 5 stars AND BEYOND!
(review in Indonesian, click here)

Is it just me or this book really has the I'm-so-legit wave?
Why I read it in the first place?
Bhahahahhahahaha. It’s a silly question, really. So let’s not dwell too much on this. I read this book because I am obssesed on every piece of Dan Brown’s works. People who enjoy reading, who appreciate art, who adore clever and generous character, and who have curiosity toward science and religion, MUST at the very least puke rainbow on Dan Brown’s books, and this book is no exception. How so? Well, this book successfully made me reach my orgasm point, just like a total nerd when it comes to an awesome book with too much awesomeness to bare. In some point I thought my brain is exploded for consumed over dose of amazingness in this book. So, why read this book? Pfft. That’s not even a relevant question if we’re talking about Inferno here.

Inferno – Dan Brown



Brown, Dan. 2013. Inferno. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Rating 5 bintang ditambah semua bintang-bintang yang ada!
(review in English, click here)

Terasa enggak sih aura 'keren' dari buku ini? Hahaha.

Kenapa saya baca buku ini?
Bahahahahhaahahha. Sebenarnya ini pertanyaan konyol. Jadi mari tidak berlama-lama di bagian ini. Saya baca buku ini karena saya memang terobsesi dengan semua karya Dan Brown sejak awal. Penikmat kegiatan baca, pengapresiasi seni, penggemar tokoh cerita cerdas baik hati, dan orang yang penasaran akan ilmu pengetahuan dan ilmu agama, PASTI sedikitnya memuntahkan pelangi atas karya-karya Dan Brown, termasuk karya teranyarnya yang satu ini. Bagaimana tidak? Inilah buku yang bisa membuat saya mencapai orgasme, persis seperti anak culun garis keras ketika dihadapkan dengan buku yang terlalu menakjubkan. Rasanya otak meledak saking kagumnya. Jadi, kenapa baca buku ini? Pfft. Itu bahkan bukan pertanyaan relevan kalau Inferno yang kita bicarakan.

Thursday, September 26, 2013

Emerald City and Other Stories – Jennifer Egan


Egan, Jennifer. 2012. Emerald City and Other Stories. United Kingdom: Corsair.
 
Don't judge a book by its cover (reminding myself).

Why I read it in the first place?
Somehow, I never too fond of short story. I don’t have a valid reason why is that, and it bothered me a little (I’m annoyingly a reasonable person). And when I stumbled on this book at Periplus, I thought I’d give it a try. One, it’s on the bargain section, means I got this book much cheaper than it should.  Two, I like the cover, it’s really pretty. Three, I didn’t buy any romance book lately and I THOUGHT it is a lovey dovey romance book just like what I was looking for. Come on, from a cover like that you’ll judge like I did. But, I learn not to judge a book by its cover anymore. Such an old saying but I need to keep reminding myself that. Four, I saw this book gets high rating and great reviews in Goodreads. But from my rating, you know I kind of disagree with them. Five, its author, Jennifer Egan, is a Pulitzer Prize winner for her novel A Visit from the Goon Squad. I haven’t read that (now I don’t intend to) but she seems legit, people in Goodreads (again) repeatedly praised her for her works. So, why not, right? I have FIVE excellent reasons to buy it, I must not regret and beat myself too much (sigh).

Emerald City and Other Stories – Jennifer Egan


Egan, Jennifer. 2012. Emerald City and Other Stories. United Kingdom: Corsair.
Rating 2 bintang
(review in English, click here)
 
Jangan nilai buku dari sampulnya (ngomong sama diri sendiri).

Kenapa saya baca buku ini?
Enggak tahu kenapa saya enggak terlalu suka baca cerita pendek alias cerpen. Iya, enggak tahu kenapa. Artinya saya enggak punya alasan jelas itu tuh kenapa enggak sukanya, dan hal tersebut cukup mengganggu saya (soalnya saya tipe orang menyebalkan yang selalu menuntut alasan). Makanya ketika melihat buku ini di Periplus, saya merasa ingin memberi kesempatan lagi kepada cerpen untuk memikat hati saya. Satu, buku ini ada di bagian buku-yang-murah-sekali, dan memang saya jadi bisa beli buku ini jauuuh di bawah harga aslinya. Dua, saya suka sampulnya, menurut saya sangat cantik. Tiga, belakangan saya tidak pernah beli buku-buku romantis dan saya TADINYA mengira ini buku romantis seperti yang saya sedang cari. Lagian dari sampul kayak begitu, orang pasti bakal berasumsi sama dengan saya kan? Ah, tapi saya mesti ingat-ingat lagi ke depannya supaya enggak menilai buku dari sampulnya. Empat, saya cek di Goodreads, buku ini dapat rating bagus dan ulasan-ulasan bernada memuji. Tapi, dari rating yang saya berikan, jelas saya agak berbeda pendapat dengan mereka. Lima, si penulis, Jennifer Egan, adalah pemenang penghargaan Pulitzer untuk karyanya berjudul A Visit from the Goon Squad. Belum baca itu (dan sekarang memang enggak ada niat untuk coba baca itu) tapi kelihatannya Jennifer Egan ini boleh juga. Orang-orang di Goodreads yang sudah membaca karya-karyanya (berkali-kali) memuji-muji dia. Terus, saya butuh alasan apa lagi coba? Saya punya LIMA alasan bagus untuk beli buku ini waktu itu, jadi lebih baik saya enggak usah terlalu merasa sesal sekarang....

Monday, September 23, 2013

November Biggest Wish!


GAAAAAAAH! I want this SO MUCH! Nothing Left To Lose by Kirsty Moseley! Want want want want want want.... I've already read it like three or four times when it still on Wattpad. Now, Kirsty is going to published it on November and I REALLY WANT TO HAVE IT IN PRINTED WORDS! I am hooked. I want my Ashton (the main male character, HE'S THE BEST). For a synopsis, go to Kirsty's website.
If anyone want to be my new most awesomest bestest friend, now you know what to do *wink*


Sunday, September 22, 2013

George’s Cosmic Treasure Hunt – Lucy & Stephen Hawking



Hawking, Lucy and Stephen Hawking. 2012. George Berburu Harta Kosmis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Very bright cover indeed.
Why I read it in the first place?
Okay, I bought this book because I actually have hidden interest on space, stars, and anything cosmic since a long time ago. But I never really tried to explore and learn more about those because apparently my brain capacity was insufficient for that kind of information (shame on me). Then, like a week ago, I saw this book in the book store. Its authors are Lucy and Stephen Hawking. STEPHEN HAWKING. STEPHEN. HAWKING! Judging from the cover, it’s clearly a children book. I know another Stephen Hawking’s book, A Brief History of Time that I always want to buy and always end up put it back on its shelf. I doubted myself I can really comprehend its content, it looks too intellectual or something. But with children book like this one, I must be able to understand most of it, right? I was on the verge of jumping like maniac when I found George’s Cosmic Treasure Hunt (okay, I might have jumped a couple of times). From the title, I knew it has something to do with cosmic and other space thingy. What a joy! If you want to learn more about space and stuff with understandable explanation, what’s the better choice than a children book written by the scientific genius STEPHEN HAWKING himself? With further reading, I know that Lucy Hawking is Stephen Hawking’s daughter and is an expert in delivering science and space knowledge to children. So, I knew I was on good hands.

Saturday, September 21, 2013

George Berburu Harta Kosmis – Lucy & Stephen Hawking

Hawking, Lucy dan Stephen Hawking. 2012. George Berburu Harta Kosmis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rating 4,5 bintang
(review in English, click here)


Sampulnya 'jreng' banget.


Kenapa saya baca buku ini?

Oke. Saya beli buku ini karena sudah lama saya punya ketertarikan khusus terhadap luar angkasa dan bintang-bintang namun tidak benar-benar mencari tahu lebih banyak karena ternyata kapasitas otak saya belum memadai untuk ilmu pengetahuan yang sebegitu canggihnya. Kemudian saya tidak sengaja menemukan buku ini di toko buku. Penulisnya adalah Lucy dan Stephen Hawking. STEPHEN HAWKING. STEPHEN. HAWKING! Melihat sampulnya saja saya tahu kalau ini pasti buku anak. Saya tahu buku A Brief History of Time-nya Stephen Hawking dan berkali-kali nyaris beli tapi enggak jadi terus karena ragu bisa enggak yah mengerti isinya, kelihatannya intelektual banget, tapi kalau buku anak kan saya pasti mengerti lah kan barang sedikit. Saya hampir jingkrak-jingkrak sendiri di toko buku itu (oke, mungkin saya memang sudah sedikit jejingkrakan waktu itu). Dari judulnya, jelas membahas yang berkaitan dengan luar angkasa. HORE BANGET KAN?! Nah, kalau mau tahu lebih jauh sesuatu tentang luar angkasa dengan penjelasan yang tidak rumit, apa pilihan yang lebih baik daripada buku anak tulisannya si jenius STEPHEN HAWKING sendiri? Dan setelah membaca lebih jauh, ternyata Lucy Hawking adalah anaknya Stephen Hawking dan memang sudah ahli dalam penyampaian ilmu sains dan luar angkasa untuk anak-anak. Jadi, saya tahu, saya berada di tangan yang tepat.

Thursday, September 19, 2013

Kisah Sukses J. K. Rowling: Di Balik Proses Penulisan Harry Potter - Indra Ismawan



Ismawan, Indra. 2003. Kisah Sukses J. K. Rowling: Di Balik Proses Penulisan Harry Potter. Jakarta: GagasMedia.
 
Errr, Ismawan should considered a less hassle title...
Why I read it in the first place?
This book’s title, if I free translate it into English will be ‘The Success Story of J. K. Rowling: Behind The Writing Process of Harry Potter’. I bought this book long long time ago when I was a maniac for Harry Potter (I’m still kind of are). The Harry Potter series are, undoubtedly undebatedly, THE best children book EVER, although its reader is so beyond that. J. K. Rowling also became one of my obsession at that time, when I had Harry Potter fever (again, I’m still kind of are), so I smartly bought many biographies of her. Yes, many biographies. This book by Indra Ismawan is one of them. I re-read it because I’ll say byebye to it pretty soon (insert sad backsong). If you notice, I joined a bookblogger community recently, Blogger Buku Indonesia (BBI). There, I got myself in a book-swap deal with other fellow member, Roro. This will be my second book-swap I have ever experienced. My first was when I was an elementary kid, I swapped my Sailor Venus comics for Sailor Moon comics (cute, I know). Roro seemed desperately wished to own this book and was in an intense hunting for it, so I just offered mine. I thought, this book is better be in hands of those who really appreciate it. Because of that, I just felt the need to re-read it, you know, as a farewell ritual, and decided to make a rambling too about it. I read it in a hurry, finished it in one day, because I'm actually currently reading another book, Stephen Hawking’s, I paused that for reading and reviewing this book. 

Kisah Sukses J. K. Rowling: Di Balik Proses Penulisan Harry Potter - Indra Ismawan

Ismawan, Indra. 2003. Kisah Sukses J. K. Rowling: Di Balik Proses Penulisan Harry Potter. Jakarta: GagasMedia.
Rating 3 bintang
(review in English, click here)

Indra Ismawan harusnya pakai judul yang lebih singset...
Kenapa saya baca buku ini?
Buku ini saya beli saat saya sedang keranjingan-keranjingannya dengan Harry Potter. Seri Harry Potter sendiri tidak perlu didebatkan lagi, terbaik sepanjang masa untuk cerita anak, walaupun penikmatnya nyatanya mencakup semua usia. J. K. Rowling menjadi salah satu obsesi saya juga saat saya sedang demam Harry Potter, jadi saya banyak beli biografi dia. Ya, banyak. Buku ini salah satunya. Saya baca ulang buku ini karena sepertinya saya akan segera berpisah dengan buku ini (ugh sedih). Jadi kan saya baru bergabung di komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI), dari situ saya berkesepakatan dengan salah satu anggotanya, Roro, untuk saling tukar buku. Ini pengalaman kedua saya tukaran buku, yang pertama waktu saya SD, tukaran komik Sailor Moon untuk komik Sailor Venus (hehe). Kebetulan Roro seperti sedang kebelet ingin punya buku ini, jadi saya tawarkan punya saya ini, karena saya merasa buku ini akan lebih baik jika berada di tangan yang benar-benar mengapresiasinya (wah melankolisnya). Pokoknya, karena merasa akan segera berpisah (kalau memang jadi nih tukarannya), saya merasa harus membaca ulang buku ini, sebagai tanda perpisahan, dan saya putuskan  untuk mengulasnya. Buru-buru saya tamatkan buku ini dalam sehari karena sebenarnya saya lagi membaca buku lain, Stephen Hawking-nya harus saya jeda dulu deh.

Thursday, September 12, 2013

Satin Merah – Brahmanto Anindito & Rie Yanti



Anindito, Brahmanto and Rie Yanti. 2010. Satin Merah. Jakarta: GagasMedia.

Nice cover. It goes well for the mood in the story.

Why I read it in the first place?
Honestly? Well, some days ago I went to a book store that was having their fourth anniversary celebration by discounting a massive amount of books. Mostly are books that I have no interest in. But then, my eyes caught something familiar, Satin Merah (Red Satin in English, but this book only available in Indonesian for now). The most amazing part was when I checked the price, it’s JUST Rp 10.000 (something like 1 US dollar!), the actual price was Rp 37.000. I have been eyeing Satin Merah since last year, it was in my will-buy-when-I-have-extra-money-but-I-know-it-won’t-happen list. There’s one thing that made me very curious with this book at first. On the back cover, it tells a glimpse of the story and I thought it was cool. Then there’s this endorsement from fellow Indonesian novelist, Feby Indirani, says, “A theme that’s mostly untouched by writers nowadays.” I never read Feby’s works so I didn’t know how I should feel about her comment. But heck, I already felt very challenged and I couldn’t care less who says what. I thought, “Oh, really?”

Wednesday, September 11, 2013

Satin Merah – Brahmanto Anindito & Rie Yanti



Anindito,Brahmanto dan Rie Yanti. 2010. Satin Merah. Jakarta: GagasMedia.
Rating 3,5 bintang
(review in English, click here)

Sampul novel Satin Merah yang sesuai dengan mood cerita.
Kenapa saya baca buku ini?
Jujur? Beberapa hari yang lalu saya ke toko buku yang lagi merayakan hari jadinya ke-4 dan mereka buat diskon besar untuk banyak banget buku. Kebanyakan buku yang enggak menarik minat saya. Kemudian tertangkap mata saya, Satin Merah. Yang paling wow-nya waktu lihat harganya Rp 10.000 SAJA (tanpa bermaksud sok kaya). Harga aslinya Rp 37.000. Satin Merah sudah sejak tahun lalu ada di daftar saya, daftar ingin-beli-tapi-pas-duit-lebih-saja. Dari awal tertarik untuk punya dan baca setelah lihat ulasan di sampul belakangnya. Tapi, hanya satu kalimat yang benar-benar bikin saya penasaran sekali, yaitu “Tema yang nyaris tak tersentuh oleh penulis zaman sekarang.” Itu ulasan pendukung untuk Satin Merah dari sesama novelis Indonesia, Feby Indirani. Saya belum pernah baca novel Feby, jadi enggak tahu apakah pendapatnya bisa jadi pegangan, tapi siapapun yang bilang enggak jadi masalah buat saya. Saya sudah terlanjur tertantang, “Ah, masa sebegitunya?”

Sunday, September 8, 2013

The Orange Girl - Jostein Gaarder



Indonesian version in Gold Edition, 2011.

Gaarder, Jostein. 2011. Gadis Jeruk. Jakarta: Penerbit Mizan.

Why I read it in the first place?
I wanted to read The Orange Girl because I haven't been able to finished Gaarder’s masterpiece YET, the famous Sophie’s World. Yes, I know that’s one of some great books out there (or so I’ve been told), but somehow, for unknown reason, I got stuck in the middle (please, it wasn’t even middle yet). After a long break, I didn’t have it in me to continue my journey in Sophie’s World. Maybe, it just wasn’t my time to read Sophie’s World. So, when I saw The Orange Girl last year, was sitting neatly in bookstore’s shelf, I instantly bought it, I even didn’t bother to read the review in the back cover. One, because I still didn’t want to give up on Gaarder. Like most people, I’m kind of reader that picks book majorly based on its author. Let’s say I’m in love with Inferno (which I totally will! I DON’T HAVE IT YET BUT I DESPERATELY WANT IT!!!), then I automatically will expect the same greatness from other Dan Brown’s works. I guess this is the biggest challenge for a best-selling writer, don’t you think? To keep up or, at least, stay put on standard they’ve made. Two, because The Orange Girl is WAY thinner than Sophie’s World. I expected The Orange Girl to be just like Sophie’s World, talks about philosophy. And I thought this would be a nice get-to-know Gaarder’s works instead of reading the ‘big girl’ right away. The Orange Girl contains less than three hundred pages. I thought, “I can make it through if I push myself enough.” But, little things I knew, I didn’t need a lot of pushing. 

Saturday, September 7, 2013

Gadis Jeruk - Jostein Gaarder



Edisi Gold memperbarui terbitan 2005.
Gaarder, Jostein. 2011. Gadis Jeruk. Jakarta: Penerbit Mizan.
Rating 4 bintang
(review in English, click here)

Kenapa saya baca buku ini?
Saya mau baca buku ini karena saya BELUM bisa menyelesaikan satu karya Gaarder yang termasyhur, yaitu Dunia Sophie. Iya saya tahu itu buku bagus, tapi enggak tahu kenapa saya macet di tengah (bahkan belum sampai di tengah) dan menurut saya itu jenis buku yang enggak bisa ditunda-tunda. Harus sebisa mungkin sekali baca selesai. Mungkin waktu itu belum waktu saya untuk membaca Dunia Sophie. Jadi, waktu tahun lalu saya lihat Gadis Jeruk terpampang manis di rak toko buku, tanpa pikir panjang saya langsung beli, bahkan saya enggak baca lagi ulasan di sampul belakangnya. Satu, karena saya masih belum mau menyerah dengan Gaarder. Soalnya sama seperti pembaca umumnya, saya tipe yang sering pilih buku dari penulisnya. Misalnya saya suka Inferno (SAYA BELUM PUNYA TAPI MAU BANGET!!!), maka saya akan otomatis menganggap karya Dan Brown yang lain juga mantap. Kayaknya inilah beban moral penulis yang paling berat yah? Untuk mempertahankan standard kualitas karyanya. Dua, karena bukunya JAUH lebih tipis daripada Dunia Sophie. Saya sudah mengira Gadis Jeruk akan bicara tentang filsafat juga, dan saya pikir kalau cuma dua ratusan halaman sih dipaksakan pasti bisa lah selesai. Ternyata saya enggak perlu terlalu memaksakan diri.


Thursday, September 5, 2013

The Little Prince - Antoine de Saint-Exupery


Saint-Exupery, Antoine de. 2003. Pangeran Kecil. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Indonesian version, published in 2003.
Rating 3,5 stars
(review in Indonesian, click here)

Why I read it in the first place?
I don’t know exactly when I noticed this book as a legend. In fact, until now I’m still not sure enough. Anyway, when I was at the beginning of high school, I was a nerdy already back then, I heard a lot about The Little Prince from some literature I’ve read at that time. Somehow, it made me jumped on conclusion that The Little Prince is a legendary book, it means a book freak like me simply must have it, so I bought it. I started questioning its legendary when people around me, which I thought were readers like me, didn’t familiar with The Little Prince. And I even became more hesitate after I’ve tried to read it. I couldn’t understand the book, like AT ALL. So, yeah, The Little Prince has been on my book collection since a loooong time ago. I read it again recently, ten years later after the first time I read it. I guess I understand it now, and I’ll try to review it below. And I even had my answer right from Exupery himself which I failed to notice years ago, about why I’m able to understand it now, when I’m a 23 year-old girl.

Wednesday, September 4, 2013

The Little Prince (Pangeran Kecil) - Antoine de Saint-Exupery



Saint-Exupery, Antoine de. 2003. Pangeran Kecil. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rating 3,5 bintang
(review in English, click here)
 
Buku versi Bahasa Indonesia terbit tahun 2003.
 
Kenapa saya baca buku ini? 
Enggak tahu sejak kapan tahu kalau buku ini cukup legendaris. Eh, sampai sekarang enggak tahu deh memang legendaris atau enggak. Pokoknya, kira-kira waktu saya SMP, saya memang sudah tukang baca, dan seingat saya buku Pangeran Kecil ini beberapa kali disebut di beberapa literatur yang saya baca waktu itu. Kesan yang saya dapat gara-gara hal tersebut, sepertinya buku Pangeran Kecil ini adalah buku legendaris (artinya kutu buku kayak saya wajib punya) dan saya pun pada akhirnya beli ini buku. Yang bikin ragu tentang kelegendarisan buku ini adalah, orang-orang di sekitar saya yang saya anggap pembaca kayak saya, enggak ada yang familiar dengan buku ini. Yang bikin makin ragu lagi adalah, setelah coba dibaca, saya enggak mengerti isinya, banget banget. Jadi, sudah lama sekali Pangeran Kecil bertengger di koleksi buku saya, dan baru sekarang, sepuluh tahun kemudian, saya bisa, kayaknya  sih, menangkap isi bukunya dan mengulasnya. Dan Exupery bahkan memberikan jawaban yang jelas, yang dulu enggak saya perhatikan, kenapa saya baru bisa mengerti bukunya sekarang, saat saya 23 tahun umurnya.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...