Egan, Jennifer. 2012. Emerald City and Other Stories. United Kingdom: Corsair.
Kenapa saya baca buku ini?
Enggak tahu kenapa saya
enggak terlalu suka baca cerita pendek alias cerpen. Iya, enggak tahu kenapa.
Artinya saya enggak punya alasan jelas itu tuh kenapa enggak sukanya, dan hal
tersebut cukup mengganggu saya (soalnya saya tipe orang menyebalkan yang selalu
menuntut alasan). Makanya ketika melihat buku ini di Periplus, saya merasa ingin
memberi kesempatan lagi kepada cerpen untuk memikat hati saya. Satu,
buku ini ada di bagian buku-yang-murah-sekali, dan memang saya jadi bisa beli
buku ini jauuuh di bawah harga aslinya. Dua, saya suka sampulnya,
menurut saya sangat cantik. Tiga, belakangan saya tidak pernah beli
buku-buku romantis dan saya TADINYA mengira ini buku romantis seperti yang saya
sedang cari. Lagian dari sampul kayak begitu, orang pasti bakal berasumsi sama
dengan saya kan? Ah, tapi saya mesti ingat-ingat lagi ke depannya supaya enggak
menilai buku dari sampulnya. Empat, saya cek di Goodreads, buku ini
dapat rating bagus dan ulasan-ulasan bernada memuji. Tapi, dari rating yang
saya berikan, jelas saya agak berbeda pendapat dengan mereka. Lima, si
penulis, Jennifer Egan, adalah pemenang penghargaan Pulitzer untuk karyanya
berjudul A Visit from the Goon Squad.
Belum baca itu (dan sekarang memang enggak ada niat untuk coba baca itu) tapi
kelihatannya Jennifer Egan ini boleh juga. Orang-orang di Goodreads yang sudah
membaca karya-karyanya (berkali-kali) memuji-muji dia. Terus, saya butuh alasan
apa lagi coba? Saya punya LIMA alasan bagus untuk beli buku ini waktu itu, jadi
lebih baik saya enggak usah terlalu merasa sesal sekarang....
Celotehannya.
Saya enggak buta kok.
Saya bisa melihat bahwa tulisan Jennifer Egan itu indah, cerdas, luar biasa,
elegan, menarik, lucu, berani, detail. TAPI, saya enggak merasakan apa-apa
selama baca antologi ini. Eh, enggak juga sih, saya merasakan sesuatu kok.
Bingung, kosong, enggak nyaman, kecewa, depresi. Kening saya lelah karena
keseringan berkerut saat membaca buku ini. Diksi dan gaya tulisannya mantap
luar biasa menakjubkan, OKE bisa diterima. Ceritanya? Enggak sukaaaaaa.
Jadi begini, buku ini
adalah kompilasi dari sebelas cerpen Egan yang sebelumnya sudah pernah terbit
di beberapa media selama periode 1989 sampai 1996. Sepertinya hanya satu cerpen
yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Cerpen-cerpen ini berurusan dengan
permasalahan moral si tokoh, pencarian jati diri, penyesalan, kesendirian,
kerinduan. Intinya cerita tentang permasalahan yang sangat dunia nyata sekali,
tapi ini bukan kisah nyata, masih fiksi. Dan walaupun dengan konflik-konflik
nyata seperti tadi, tetap saja saya enggak bisa merasa terkoneksi dengan para
tokohnya yang saya rasa... apa yah bilangnya... aneh? Aneh, karena reaksi
mereka akan suatu permasalahan adalah reaksi anomali, yah bagi saya loh.
Ada sebelas cerita dan
tidak adil kalau komentar saya memukul rata semuanya. Jadi, saya coba kasih
opini untuk masing-masing cerita. Relaks, enggak ada spoiler kok. Sebelas cerita tersebut adalah Why China?, Sacred Heart, Emerald City, The Stylist, One Piece, The
Watch Trick, Passing the Hat, Puerto Vallarta, Spanish Winter, Letter to
Josephine, dan Sisters of the Moon.
Di beberapa cerpen, saya
benar-benar merasa seperti anak ayam hilang di Bulan (frustrasi banget enggak
tuh?). Saya enggak menangkap poin utama ceritanya. Bahkan ceritanya benar-benar
cuma lewat begitu saja, syuuung, tembus tanpa mampir ke bagian pemahaman di otak
saya. Tentu saja sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil kalau kita
disuguhkan cerita problematika hidup manusia, tapi inti ceritanya apa, saya
enggak dapat menyimpulkan. Benar-benar merasa enggak ada artinya saya baca
cerpen-cerpen ini; Why China?, The
Stylist, dan The Watch Trick.
Kemudian ada juga beberapa cerpen yang membuat saya heran, enggak habis
pikir, hampir putus akal, atas reaksi atau perbuatan tokoh ceritanya. Maksud
saya... ya ampun... masa... tapi... saya bahkan... AAARRRRGH!!! Cerpennya
memuat konflik yang mungkin lah nyata (ah kemungkinan apapun selalu ada) tapi
tindakan para tokohnya enggak... enggak apa yah... enggak tahulah apa mesti
disebutnya. Ini cerpen-cerpen yang saya bicarakan; Why China? (iya, cerpen ini lagi), Sacred Heart, Passing the Hat, dan Letter to Josephine.
Beberapa cerpen bisa saya
ikuti alurnya, bahkan ada saat saya benar-benar merasa mengalir dengan
ceritanya. ‘Kayaknya menjanjikan nih’, pikir saya. Ceritanya sudah oke, walaupun
tindakan karakternya beberapa bikin akal saya memberontak, tapi masih bisa lah
nih kayaknya berujung klimaks. Cerpen-cerpen ini; Emerald City, One Piece, Letter
to Josephine, dan Sisters of the Moon,
membuat saya naik, naik, naik, dan pada akhirnya bikin saya merasa...
Namun tentu dari sebelas
cerpen, ada minimal satu cerpen yang bisa benar-benar kena di hati. Bahkan,
kabar baiknya, ada dua cerpen! Kabar yang cukup baik bagi saya setelah habis
membaca cerpen-cerpen lain di buku ini. Dua cerpen yang saya maksud adalah Puerto Vallarta dan Spanish Winter. Malah saya sebenarnya sangat menikmati kedua cerpen
ini. Gara-gara yang dua inilah saya
memberi setengah bintang lagi untuk buku ini, tadinya cuma rela kasih 1,5
bintang....
Saya sama sekali enggak meragukan
kredibilitas Egan sebagai penulis (siapa juga saya?). Dia benar-benar berbakat
memainkan pilihan diksinya yang bikin saya mau bela-belain baca sampai akhir
walaupun sebenarnya sudah enggak tahan dengan ceritanya. Untunglah saya baca buku
ini versi bahasa aslinya, jadi karakter dan gaya penulis masih bisa dinikmati.
Kalau buku ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, saya akan enggak punya alasan
untuk lanjut membaca setelah cerpen pertama.
Jennifer Egan juga lihai
menyelipkan humor-humor cerdas dalam tulisannya. Tapi yang paling juara dari
tulisan Egan adalah latar tempat yang divisualisasikan dengan sempurna.
Benar-benar bikin gambar instan di otak saya, tanpa saya merasa ada penjelasan
yang berlebihan. Deskripsi tempatnya asli jempol banget! Pokoknya tulisan Egan
sangat enak dibaca sebenarnya, tengok saja kutipan-kutipan hasil comotan saya
dari Emerald City and Other Stories
di bawah ini. Tapi secara pribadi, cerpen-cerpen di bukunya ini enggak dapat
tempat di hati saya. Entah kenapa renspons pembaca buku ini di Goodreads
menyimpang dengan respons saya. Apa saya memang lagi dalam kondisi otak yang
enggak sehat saat membacanya? Mungkin lah yah. Saya enggak mengajak orang untuk
tidak membaca buku ini, bahkan kebalikannya, coba deh baca buku ini. Kalau
sudah, saya ingin tahu pendapat kalian.
Kutipan-kutipannya.
“I
found the lady tea vendors out in force—women whose idea of washing glass was
to sprinkle water on it.”
“She held me, her strong warm arms around
my neck, and suddenly I was sorry, too, to see, for the first time, what I had
become.”
“Rory had been amazed to learn that in
breakfast cereal shots it was standard to use Elmer’s glue instead of milk.”
“Jann
seems confused, so she goes on. ‘Have you noticed how no one really likes each
other?’ she says. ‘We’re like a family.’”
“I guess it’s always
romantic when two people fall in love.... Even if it turns out not to be real.”
“While other people our
age were protesting the Vietnam War and experimenting with communes, we were
buying and redecorating vast houses, overextending ourselves on private
schools, and throwing summertime parties in Belvedere and Tiburon, where late
at night you were likely to be shoved, fully clothed and still holding your
glass, into someone’s swimming pool.”
“Catherine had never
looked happier, I thought, as if there were some thrill, some rarefied pleasure
most of us would never know, that came of stealing a man from his wife.”
“... getting what you
want is only the beginning. The hard part is holding on to it.”
No comments:
Post a Comment
Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)