Dear Readers, I guess I
am not going to review this book in English because this book really just talks
about local things. It’s about what Indonesian kids used to do in 90s era. But,
if any of you are somehow interested in reading the review of this book in
English, just comment below or message me or whatever, let me know. Cheers.
FP, Marchella. 2013. Generasi 90an. Jakarta: PT Gramedia.
Rating 3,5 bintang
Kenapa saya baca buku ini?
Kebetulan, atau tidak
kebetulan, saya termasuk di golongan generasi 90an. Saya lahir tepat di tahun
1990. Kalau enggak salah, penulis ini juga seumuran dengan saya. Jadi bisa
dibilang, saya pastilah termasuk pasar utama dari buku ini. Sebelum beli Generasi 90an, sama seperti banyak orang
lainnya, saya curi-curi baca dulu di toko buku. Setelah sekilas dilihat, saya
suka. Suatu hari saya kesetanan beli buku, padahal uang lagi pas-pasan, eh
tahu-tahu buku ini sudah masuk ke kantong belanjaan saya (penjelasan enggak
mutu, hahaha). Saya baca buku ini dengan teliti, dibaca kata per kata, baru
sekarang karena bertepatan dengan even bulanan Blogger Buku Indonesia (BBI),
yaitu posting bareng. Untuk bulan ini, tema pertamanya adalah Grafis/Komik.
Tema kedua, Horor/Thriller. Kalau mau lihat post dari BBI-ers lainnya, bisa
kunjungi tautan ini. Nah, kenapa saya cuma kasih 3,5 bintang yah untuk buku
ini?
Ulasannya.
Generasi 90an oleh Marchella FP ini merupakan buku grafis yang merangkum
kenangan-kenangan di tahun 90an, termasuk di antaranya adalah tontonan,
jajanan, mode, musik, mitos, dan lainnya yang sedang tren di saat itu.
Diilustrasikan dengan seni pop, buku ini sangat mudah untuk dinikmati. Senyum
sudah jadi jaminan kalau membuka-buka Generasi
90an. Apalagi buku ini memberi bonus khas majalah 90an, yaitu stiker!
Hahaha. Dan ada pembatas buku juga, yang saya rasa enggak perlu untuk buku
macam ini, tapi saya suka mengumpulkan pembatas buku, jadi senang-senang saja.
Stikernya jagoan banget! Ada Anak Mas segala. Yang kanan, itu pembatas bukunya. Yeah, you see what I did there? Mwahahaha. Itu Nick Carter di klip terbaru BSB, Show 'Em (informasi penting). |
Membaca buku ini, saya
tentu ikut bernostalgia dan merasa sedikitnya bahagia dan bersyukur atas masa
kecil yang menyenangkan. Tiap Minggu pagi lari-lari ke depan televisi demi
Sailor Moon, beli majalah apapun yang memuat bahkan cuma secuil gosip tentang
Backstreet Boys atau Amigos atau Westlife, menempeli dinding kamar dengan
pin-up idola (sampai yang bukan idola) pokoknya penuh dan enggak kelihatan lagi
dindingnya, nonton Keluarga Cemara sambil berkaca-kaca, main di lapangan sama
anak-anak tetangga, bikin nama alias yang enggak banget misalnya ‘Sandra de
Carter’ (ya ya ya, silakan ketawa), manjat pohon seri hampir setiap hari,
koleksi Tazos yang pastinya dijilat dulu setelah dapat, nelfonin Mister Gepeng,
tukar-tukaran biodata sama teman sekelas, contohnya seperti ini... (agak malu
sebenarnya, tapi sudahlah)
Ini biodata saya waktu 1 SMP kayaknya, atau SD, lupa deh. Teman saya memfoto ini terus ditag ke saya. |
Banyak kenangan yang
dipaksa keluar saat membaca buku ini. Dan itu hal yang menyenangkan. Tapi,
entah sayanya yang sok kritis atau emang orangnya pahit banget, saya kok malah
merasa buku ini enggak adil yah? Kurang nasional. Terlalu Jawasentris (atau
Jakartasentris?).
Saya lahir dan besar di
Cilegon, Banten. Waktu saya kecil, Banten masih termasuk Jawa Barat, belum jadi
provinsi. Kota kecil macam Cilegon kena banyak pengaruh dari kota besar di
sebelahnya, Jakarta. Jadi, kurang lebih sama lah budaya dan cara bicaranya.
Jadi, membaca buku Generasi 90an bisa
dengan mudah saya nikmati karena saya bisa merelasikan diri saya ke hampir
semua aspek yang disebutkan di buku ini. Tapi, bagaimana dengan generasi 90an
yang tidak tumbuh kembang di Jakarta dan sekitarnya? Yang beda pulau?
Indonesia negara
kepulauan dan punya banyak etnis dengan budayanya masing-masing. Saya ber-SMA
di Bandung dan cukup mengalami masa adaptasi yang susah karena harus menyesuaikan
diri dengan cara orang Bandung yang serba lambat, halus, dan adem (bertolak
belakang dengan di Banten). Lalu, saya kuliah di Medan. Masa adaptasi saya di
sana jauh lebih sulit. Kira-kira butuh setahun buat saya untuk bisa benar-benar
merasakan kaki saya menancap di Tanah Batak itu. Mereka punya banyak permainan
masa kecil yang tidak akrab dengan saya. Malah saya yang dibilang enggak gaul
karena enggak tahu permainan masa kecil mereka. Saya cerita tentang mitos
Mister Gepeng, malah saya diketawai karena mereka enggak pernah tahu mitos
konyol kayak begitu. Bahkan ada juga yang masa kecilnya lebih banyak main di
sawah memandikan kerbau daripada duduk manis di depan televisi menunggu serial
Tersanjung yang abadi itu.
Jadi, maksud saya,
Indonesia ini sangat beragam. Saya bahkan malah jadi enggak enak hati
memikirkan masa kecil teman-teman generasi 90an yang tumbuh kembang di daerah
konflik seperti Aceh atau yang terlampau jauh dari perkembangan ibukota seperti
Papua. Saya pernah mendengar cerita teman saya dari Aceh, hampir setiap hari dia
dengar suara senapan meletus, bahkan suatu hari dia pergi sekolah, SD-nya sudah
hancur lebur dikarenakan oleh hal yang belum dia bisa mengerti di usia SD-nya.
Sedangkan saya di seusianya dengan polosnya joget kegirangan karena Tamagochi
saya tumbuh besar dan sehat...
Generasi 90an bisa jadi sumber kebahagiaan bagi sebagian kecil masyarakat Indonesia,
tapi bisa juga jadi simbol hedonisme dan apatisme (walau saya pribadi tidak memandangnya
seekstrem itu juga sih) bagi sebagian lagi. Saya jadi penasaran bagaimana generasi 90an di
berbagai daerah melewati masa kecilnya. Apakah kira-kira Marchella FP akan
membaca tulisan saya ini dan berniat bikin buku Generasi 90an versi Sumatera? Atau Papua? Sulawesi? Bali?
__________
Backstreet Boys! Masih cinta mati sama mereka sampai sekarang.
Aku juga suka buku ini, bermemori bgt karena tahun 90-an sudah cukup umur utk mengingat kenangan2 yg terjadi saat ituh *halah*
ReplyDeleteiya, soalnya kita kadang lupa masa kecil kita dulu gimana. jadi buku ini jadi pengingat dan jadi semacam rekam jejak masa kecil generasi 90an gitu :)
Deletelayak koleksi.
aku pengen baca buku ini tapi belum kesampean aja nemu yang diskon hahaha...sebenernya aku lahir tahun 80 sih (buka umur), tapi justru tahun 90an itu saat2 tumbuh menjadi ABG dan jadi fanse berat KNOTB :D
ReplyDeletediskon 20% sih ada di tobuk bandung, mbak astrid. walopun memang jatohnya masi agak mahal juga sih.
Deletebtw, NKOTB gak sih, mbak? New Kids on the Block kan? Aku sebenernya gak pernah tau mereka, tapi mereka pernah 'duet' sama BSB jadi aku jadi noticed gitu sama mereka. hehe.