Hawking, Lucy dan Stephen Hawking. 2012. George Berburu Harta Kosmis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sampulnya 'jreng' banget. |
Kenapa saya baca buku
ini?
Oke. Saya beli buku ini karena sudah lama saya punya
ketertarikan khusus terhadap luar angkasa dan bintang-bintang namun tidak
benar-benar mencari tahu lebih banyak karena ternyata kapasitas otak saya belum
memadai untuk ilmu pengetahuan yang sebegitu canggihnya. Kemudian saya tidak
sengaja menemukan buku ini di toko buku. Penulisnya adalah Lucy dan Stephen
Hawking. STEPHEN HAWKING. STEPHEN. HAWKING! Melihat sampulnya saja saya
tahu kalau ini pasti buku anak. Saya tahu buku A Brief History of Time-nya Stephen Hawking dan berkali-kali nyaris
beli tapi enggak jadi terus karena ragu bisa enggak yah mengerti isinya,
kelihatannya intelektual banget, tapi kalau buku anak kan saya pasti mengerti
lah kan barang sedikit. Saya hampir jingkrak-jingkrak sendiri di toko buku itu
(oke, mungkin saya memang sudah sedikit jejingkrakan waktu itu). Dari judulnya,
jelas membahas yang berkaitan dengan luar angkasa. HORE BANGET KAN?! Nah, kalau
mau tahu lebih jauh sesuatu tentang luar angkasa dengan penjelasan yang tidak
rumit, apa pilihan yang lebih baik daripada buku anak tulisannya si jenius
STEPHEN HAWKING sendiri? Dan setelah membaca lebih jauh, ternyata Lucy Hawking
adalah anaknya Stephen Hawking dan memang sudah ahli dalam penyampaian ilmu
sains dan luar angkasa untuk anak-anak. Jadi, saya tahu, saya berada di tangan
yang tepat.
Ulasannya.
Pertama, saya tepuk tangan untuk penerbitnya, karena
terbitannya bagus bangeeeeeet! Harganya juga enggak kemahalan, padahal di
dalamnya ada berlembar-lembar halaman berwarna untuk arsip foto-fotonya. Cuma
yang sedikit mengecewakan, setelah iseng-iseng cek di Goodreads, saya baru tahu
kalau ini buku kedua! Bayangkan. Saya tipe yang enggak suka spoiler, tahu-tahu salah beli buku yang
ternyata berseri yang ternyatanya lagi yang saya beli bukan buku pertamanya.
Kenapa penerbit enggak kasih tanda atau apa lah? Hah? Kenapaaa?
“Maksudku, aku berdandan sebagai manusia, yang
merupakan satu-satunya bentuk kehidupan cerdas di Alam Semesta yang kita
ketahui. Sampai saat ini.”
Tapi setelah dibaca, saya jadi agak bisa lah menolerir
kesalahan itu. Ternyata ceritanya masih bisa diikuti karena ini tipe yang kayak
Sherlock Holmes dan Doraemon. Tahu kan? Yang satu petualangan lanjut ke petualangan
berikutnya, tanpa ada konektivitas antarcerita. Yang menghubungkan
paling-paling waktunya saja yang jalan terus (eh, tapi Doraemon mah kayaknya
gak kenal yah sama waktu yang berjalan, Nobitanya esdeeee melulu). Pokoknya
kegembiraan saya masih tinggi banget selama baca buku ini. Apalagi melihat
foto-foto menakjubkan yang benar-benar bikin saya terpana bukan main. Ini
contohnya. Eh, boleh enggak yah menampilkan ini? Ah, tuntut saja kalau
keberatan (BERCANDA, TOLONG JANGAN TUNTUT SAYA).
Kiri: Gurun Kalahari dilihat dari luar angkasa. Kanan atas: Hujan meteor. Kanan bawah: Bulan dan Venus. |
George, si tokoh utama, adalah anak cerdas yang punya
keingintahuan dan minat sangat tinggi terhadap luar angkasa dan alam semesta.
Dia baik hati, sopan, jenaka, berani, panjang akal, setia, polos, intinya jenis bocah
yang agak mustahil kita temukan di dunia nyata sekarang ini. Teman berpetualangnya, Annie,
hampir mirip dengan dia, lebih cuek dan nekat. Tokoh lain yang penting adalah
ayah Annie, Erick, seorang ilmuwan Global Space Agency (alternatif dari NASA untuk
buku ini saya rasa) yang menjadi idola George yang mempunyai Cosmos, komputer
mega-canggih berkemampuan membuka portal kemana saja di alam semesta ini (ingat
sama apa coba kalau bukan sama Pintu Kemana Saja-nya Doraemon?). Kemudian ada
juga Emmet, bocah super jenius, anak teman Erick yang menghabiskan liburannya
di rumah Annie. Buku ini penuh tokoh-tokoh jenius....
“Dengan senyum lebar di wajahnya George
mengangguk-angguk berkali-kali sampai kepalanya seperti hampir jatuh ke bawah.”
Judul ‘George Berburu Harta Karun’ agaknya kurang pas karena
dari awal bukan harta karun yang diburu. George, Annie, serta Emmet mulai
terpantik untuk berpetualang setelah menerima pesan sejenis kode yang menuntun
mereka ke Mars. Dari sana, petualangan mereka masih akan berlanjut dan
ceritanya cukup menarik untuk diikuti. Akhir ceritanya sendiri sangat kental dengan
kekhasan akhir cerita buku anak-anak. Dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi
rapi karya Garry Parsons, buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca.
“Begitu amat sangat luar biasa besarnya sampai
celanamu bisa melorot kaget.”
Tapi yang paling bombastis dari buku ini adalah, ilmu-ilmu
pengetahuan yang serba rumit bisa dijelaskan dengan baik dan mudah dimengerti
(sebagian besar lah, beberapa tetap saja saya enggak mengerti). Setelah baca
buku ini, bahkan belum pun saya menyelesaikan membacanya, saya enggak tahan
untuk nyerocos tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang akhirnya saya pahami tersebut.
Papa dan sahabat saya jadi sasaran saya menyombongkan diri, bhahahaha.
Terus-terus saya menanyakan pertanyaan retoris seperti, ‘Tahu enggak planet
terpanas di Tata Surya kita apa?’ ‘Tahu enggak kenapa Venus bisa kelihatan
jelas dari Bumi?’ ‘Tahu enggak kenapa orang ribut-ribut bikin penelitian untuk
ke Mars?’ ‘Tahu enggak bedanya meteor sama meteorit?’ dan masih banyak tahu-enggak
lainnya yang berakhir dengan saya yang menjawabnya sendiri.
“Kalau memang ada... rasanya mereka pasti
sedang meneliti kita dan menduga-duga seperti apa kita ini—punya planet indah
dan cantik seperti ini, tapi merusaknya. Mereka pasti berpikir kita ini
benar-benar makhluk-makhluk tolol.”
Saya benar-benar merasa pintar sekali sekarang tentang luar
angkasa (mouahahahaha). Tapi tentu saja pengetahuan manusia itu apalah. Hanya
debu di alam semesta ini. Apalagi setelah membaca buku ini, benar-benar membuka
mata dan pikiran, betapa kecil dan bukan apa-apanya yang kita ketahui sekarang.
Masih ada ruang tak terhingga yang belum terjamah di luar angkasa sana dan
masih menjadi misteri yang enggak tahu kapan akan terungkap. Tapi melihat ke
belakang, penemuan-penemuan oleh Galileo, Newton, Huygens, dan lainnya, membuat
saya optimis, suatu saat nanti misteri-misteri yang sekarang tidak terjangkau
akal kita, pasti bisa dijelaskan oleh generasi-generasi masa depan.
“Tidak adanya bukti bukanlah bukti akan
ketiadaan.”
Kutipan lainnya.
“Tapi orang-orang yang
menjemput Nenek kelihatan sudah tua-tua dan peyot, sehingga George tak bisa
membayangkan mereka pernah muda, apalagi punya petualangan.”
“Kau teman kami
sekarang.... Jadi, kalau ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan padaku
atau George—bukannya lari ke orang dewasa.”
__________
Saya, selama baca buku ini...
Dimana ya mndptkan buku ini? saya gak dapat buku ini, padahal pingin
ReplyDeletedi toko buku bandung sih masih ada, nira. ato gak mungkin bisa juga pesen online di website gramedia. hhe.
Deleteskrng msh ada gak?
ReplyDeletebs minta no. dan alamat toko bukunya?
Sepertinya masih ada. Kurang meratiin juga sih.
DeleteSaya belinya di Rumah Buku, toko buku di jalan Supratman, Bandung. Deket Gedung Sate.