Saturday, September 21, 2013

George Berburu Harta Kosmis – Lucy & Stephen Hawking

Hawking, Lucy dan Stephen Hawking. 2012. George Berburu Harta Kosmis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rating 4,5 bintang
(review in English, click here)


Sampulnya 'jreng' banget.


Kenapa saya baca buku ini?

Oke. Saya beli buku ini karena sudah lama saya punya ketertarikan khusus terhadap luar angkasa dan bintang-bintang namun tidak benar-benar mencari tahu lebih banyak karena ternyata kapasitas otak saya belum memadai untuk ilmu pengetahuan yang sebegitu canggihnya. Kemudian saya tidak sengaja menemukan buku ini di toko buku. Penulisnya adalah Lucy dan Stephen Hawking. STEPHEN HAWKING. STEPHEN. HAWKING! Melihat sampulnya saja saya tahu kalau ini pasti buku anak. Saya tahu buku A Brief History of Time-nya Stephen Hawking dan berkali-kali nyaris beli tapi enggak jadi terus karena ragu bisa enggak yah mengerti isinya, kelihatannya intelektual banget, tapi kalau buku anak kan saya pasti mengerti lah kan barang sedikit. Saya hampir jingkrak-jingkrak sendiri di toko buku itu (oke, mungkin saya memang sudah sedikit jejingkrakan waktu itu). Dari judulnya, jelas membahas yang berkaitan dengan luar angkasa. HORE BANGET KAN?! Nah, kalau mau tahu lebih jauh sesuatu tentang luar angkasa dengan penjelasan yang tidak rumit, apa pilihan yang lebih baik daripada buku anak tulisannya si jenius STEPHEN HAWKING sendiri? Dan setelah membaca lebih jauh, ternyata Lucy Hawking adalah anaknya Stephen Hawking dan memang sudah ahli dalam penyampaian ilmu sains dan luar angkasa untuk anak-anak. Jadi, saya tahu, saya berada di tangan yang tepat.



Ulasannya.

Pertama, saya tepuk tangan untuk penerbitnya, karena terbitannya bagus bangeeeeeet! Harganya juga enggak kemahalan, padahal di dalamnya ada berlembar-lembar halaman berwarna untuk arsip foto-fotonya. Cuma yang sedikit mengecewakan, setelah iseng-iseng cek di Goodreads, saya baru tahu kalau ini buku kedua! Bayangkan. Saya tipe yang enggak suka spoiler, tahu-tahu salah beli buku yang ternyata berseri yang ternyatanya lagi yang saya beli bukan buku pertamanya. Kenapa penerbit enggak kasih tanda atau apa lah? Hah? Kenapaaa?

“Maksudku, aku berdandan sebagai manusia, yang merupakan satu-satunya bentuk kehidupan cerdas di Alam Semesta yang kita ketahui. Sampai saat ini.”


Tapi setelah dibaca, saya jadi agak bisa lah menolerir kesalahan itu. Ternyata ceritanya masih bisa diikuti karena ini tipe yang kayak Sherlock Holmes dan Doraemon. Tahu kan? Yang satu petualangan lanjut ke petualangan berikutnya, tanpa ada konektivitas antarcerita. Yang menghubungkan paling-paling waktunya saja yang jalan terus (eh, tapi Doraemon mah kayaknya gak kenal yah sama waktu yang berjalan, Nobitanya esdeeee melulu). Pokoknya kegembiraan saya masih tinggi banget selama baca buku ini. Apalagi melihat foto-foto menakjubkan yang benar-benar bikin saya terpana bukan main. Ini contohnya. Eh, boleh enggak yah menampilkan ini? Ah, tuntut saja kalau keberatan (BERCANDA, TOLONG JANGAN TUNTUT SAYA).

Kiri: Gurun Kalahari dilihat dari luar angkasa. Kanan atas: Hujan meteor. Kanan bawah: Bulan dan Venus.


George, si tokoh utama, adalah anak cerdas yang punya keingintahuan dan minat sangat tinggi terhadap luar angkasa dan alam semesta. Dia baik hati, sopan, jenaka, berani, panjang akal, setia, polos, intinya jenis bocah yang agak mustahil kita temukan di dunia nyata sekarang ini. Teman berpetualangnya, Annie, hampir mirip dengan dia, lebih cuek dan nekat. Tokoh lain yang penting adalah ayah Annie, Erick, seorang ilmuwan Global Space Agency (alternatif dari NASA untuk buku ini saya rasa) yang menjadi idola George yang mempunyai Cosmos, komputer mega-canggih berkemampuan membuka portal kemana saja di alam semesta ini (ingat sama apa coba kalau bukan sama Pintu Kemana Saja-nya Doraemon?). Kemudian ada juga Emmet, bocah super jenius, anak teman Erick yang menghabiskan liburannya di rumah Annie. Buku ini penuh tokoh-tokoh jenius....

“Dengan senyum lebar di wajahnya George mengangguk-angguk berkali-kali sampai kepalanya seperti hampir jatuh ke bawah.”


Judul ‘George Berburu Harta Karun’ agaknya kurang pas karena dari awal bukan harta karun yang diburu. George, Annie, serta Emmet mulai terpantik untuk berpetualang setelah menerima pesan sejenis kode yang menuntun mereka ke Mars. Dari sana, petualangan mereka masih akan berlanjut dan ceritanya cukup menarik untuk diikuti. Akhir ceritanya sendiri sangat kental dengan kekhasan akhir cerita buku anak-anak. Dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi rapi karya Garry Parsons, buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca.

“Begitu amat sangat luar biasa besarnya sampai celanamu bisa melorot kaget.”


Tapi yang paling bombastis dari buku ini adalah, ilmu-ilmu pengetahuan yang serba rumit bisa dijelaskan dengan baik dan mudah dimengerti (sebagian besar lah, beberapa tetap saja saya enggak mengerti). Setelah baca buku ini, bahkan belum pun saya menyelesaikan membacanya, saya enggak tahan untuk nyerocos tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang akhirnya saya pahami tersebut. Papa dan sahabat saya jadi sasaran saya menyombongkan diri, bhahahaha. Terus-terus saya menanyakan pertanyaan retoris seperti, ‘Tahu enggak planet terpanas di Tata Surya kita apa?’ ‘Tahu enggak kenapa Venus bisa kelihatan jelas dari Bumi?’ ‘Tahu enggak kenapa orang ribut-ribut bikin penelitian untuk ke Mars?’ ‘Tahu enggak bedanya meteor sama meteorit?’ dan masih banyak tahu-enggak lainnya yang berakhir dengan saya yang menjawabnya sendiri.

“Kalau memang ada... rasanya mereka pasti sedang meneliti kita dan menduga-duga seperti apa kita ini—punya planet indah dan cantik seperti ini, tapi merusaknya. Mereka pasti berpikir kita ini benar-benar makhluk-makhluk tolol.”


Saya benar-benar merasa pintar sekali sekarang tentang luar angkasa (mouahahahaha). Tapi tentu saja pengetahuan manusia itu apalah. Hanya debu di alam semesta ini. Apalagi setelah membaca buku ini, benar-benar membuka mata dan pikiran, betapa kecil dan bukan apa-apanya yang kita ketahui sekarang. Masih ada ruang tak terhingga yang belum terjamah di luar angkasa sana dan masih menjadi misteri yang enggak tahu kapan akan terungkap. Tapi melihat ke belakang, penemuan-penemuan oleh Galileo, Newton, Huygens, dan lainnya, membuat saya optimis, suatu saat nanti misteri-misteri yang sekarang tidak terjangkau akal kita, pasti bisa dijelaskan oleh generasi-generasi masa depan.

“Tidak adanya bukti bukanlah bukti akan ketiadaan.”



Kutipan lainnya.

“Tapi orang-orang yang menjemput Nenek kelihatan sudah tua-tua dan peyot, sehingga George tak bisa membayangkan mereka pernah muda, apalagi punya petualangan.”


“Kau teman kami sekarang.... Jadi, kalau ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan padaku atau George—bukannya lari ke orang dewasa.”
__________

Saya, selama baca buku ini...

4 comments:

  1. Dimana ya mndptkan buku ini? saya gak dapat buku ini, padahal pingin

    ReplyDelete
    Replies
    1. di toko buku bandung sih masih ada, nira. ato gak mungkin bisa juga pesen online di website gramedia. hhe.

      Delete
  2. skrng msh ada gak?
    bs minta no. dan alamat toko bukunya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya masih ada. Kurang meratiin juga sih.
      Saya belinya di Rumah Buku, toko buku di jalan Supratman, Bandung. Deket Gedung Sate.

      Delete

Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...