Thursday, October 17, 2013

101 Creative Notes – Yoris Sebastian


Sebastian, Yoris. 2013. 101 Creative Notes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rating 2,5 bintang
(review in English, click here)

101 Creative Notes

Kenapa saya baca buku ini?

Ini kan buku yang tujuannya untuk pengembangan diri, jadi memang saya beli dan baca buku ini karena mau memperkaya diri sendiri saja dengan bahan bacaan inspiratif. Sekali-sekali saya memang suka baca buku non-fiksi. Eh, malah sebenarnya ada masa di mana saya benar-benar membatasi membaca buku fiksi. Waktu itu masih aktif di pers mahasiswa, secara enggak langsung saya dituntut untuk banyak tahu tentang fakta dan ragam informasi, yang sebagian saya dapatnya dari buku-buku non-fiksi. 101 Creative Notes ini saya pilih karena saya lihat format penulisannya yang ringan dan singkat. Karena pada dasarnya saya kurang suka juga sama buku self-help yang bertele-tele. Tapi, saya enggak tahu siapa tuh Yoris Sebastian sebelum baca buku ini. Jadi bukan karena dia (yang sepertinya orang hebat yah?) saya beli buku ini, memang cuma tertarik saja dengan tema bukunya.



Ulasannya.

Setelah baca dan mengeksplor buku ini, yang pertama menarik perhatian saya, anehnya (dan saya bener-bener merasa aneh gara-gara ini) adalah nama ilustratornya, yaitu Calvin... Klein. Saya enggak bercanda loh. Karena saya bukan fashion junkie, saya enggak tahu sebener-benernya Calvin Klein itu merk apa, selain merk celana dalam pria yang (sepertinya pun bajakan) kadang saya lihat dijual di mal. Dan gara-gara ini, waktu saya lanjutkan membaca, saya kadang kepikiran, “Celana dalam yang menggambar ilustrasi ini... hm...” Iya tahu, enggak lucu, hahaha.


“Saya selalu mencari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan.” – Doing Something for the First Time #59


Oke serius. 101 Creative Notes benar-benar adalah kumpulan 101 catatan kecil berisi tips untuk menjadi/tetap kreatif ala Yoris Sebastian, yang dari buku ini saya simpulkan dia adalah ikon kreatif terkemuka di Indonesia. Pencapaian tinggi di usia muda agaknya yang membuat Yoris Sebastian dikenal, tentu selain karena kemampuannya juga di industri kreatif. Gambaran tentang karir Yoris yang cukup cemerlang itu sendiri bisa didapat seiring membaca buku ini. Yoris memang membuat 101 cara kreatifnya berdasarkan pengalamannya selama berkarir dan kebiasaan dirinya sendiri sehari-hari.


“Namun ternyata pada suatu saat saya berhenti minum kopi dan lebih sering minum air putih. Ternyata saya tetap kreatif dan malah semakin kreatif.” – Drink Lots of Water #10


Nah, walaupun 101 Creative Notes ini nampaknya dibuat dengan cinta dan begitu personalnya oleh si penulis, saya enggak merasa terlalu terinspirasi setelah baca buku ini. Karena sebagian besar dari yang dipaparkan memang sudah jadi kebiasaan saya juga ataupun saya sekedar sudah tahu. Jadi, bisa dibilang, enggak banyak informasi baru setelah saya baca buku ini. Apakah ini pengaruh banyaknya penyebutan merk yang bikin buku ini lansung terasa ‘ngiklan’ daripada ‘nginspirasi’? Oke, saya setuju Samsung GALAXY Note 10.1 Anda sangat canggih dan keren. Tapi apa perlu disebut ngulang-ngulang di dalam bukunya? Oh ya, tak lupa digambarkan juga di sampul depan dan penyebutan ‘All contents were done by using Samsung GALAXY Note 10.1’ di sampul belakangnya. 



Tidak disangkal memang, bagaimana pun ada beberapa poin yang cukup segar dan menurut saya menarik. Misalnya poin #37 Eavesdropping dan poin #42 Dress Well. Beberapa hari yang lalu saya lebih pasang kuping waktu lagi antre di KFC. Saya senyum-senyum sendiri waktu saya dengar orang di belakang saya bilang begini ke temannya, “Kamu minumnya apa? Aku yang itu aja lah. Ituuu... Pespi.” Yah, lebih sadar sekitar dan siapa yang tahu apa yang bakal kita dengar atau lihat kan? Jadi, saran Yoris untuk nguping itu sangat menarik buat saya (tanpa terkesan stalkerish yah! Hahah). Menurut saya, buku ini cocok jadi bacaan santai untuk dibawa pergi-pergi.


“... dengan lebih banyak bersyukur, masalah apa pun bisa dipecahkan dengan lebih mudah.” - Grateful Towards Any Condition #15


Jadi saya memang enggak terlalu banyak pikir waktu beli buku ini. Saya enggak tahu latar belakang si penulis, Yoris Sebastian. Setelah baca buku ini, saya tidak merasa buku ini adalah (semacam) lanjutan (kayaknya) dari buku dia yang sebelumnya, berjudul Oh My Goodness: Buku Pintar Seorang Creative Junkies (saya belum baca dan memang enggak punya juga sih). Walau sepertinya ada beberapa poin yang akan lebih dimengerti secara duduk bila pembaca sudah membaca buku sebelumnya itu. Tapi secara keseluruhan buku ini berdiri sendiri sih, enggak harus pula baca yang sebelumnya. Poin yang saya maksud seperti penjelasan GenFlux misalnya. Dan saya rasa enggak semua orang tahu kepanjangan sebenarnya dari ATM yang ada di poin #40, jadi baiknya dikasih tahu saja secara gamblang.

“Tidak tahu kenapa, saya tetap suka dengan buku cetak. Baunya serta romantika membaca buku cetak tetap ada pada saya.” – Reading Book #26


Nah, di buku ini Yoris sering minta partisipasi pembacanya untuk berbagi cerita atau sekadar kasih respons via twitternya, @yoris. Karena saya enggak begitu suka ber-twitter-an, saya mau respons di sini saja. Jadi, poin #31 Watch TED.com bukan hal baru buat saya, tapi saya suka ide Yoris untuk mendorong orang supaya nonton video-video di TED yang menurut saya memang pada super semua. Susah menentukan favorit. Serius, susah. Tapi video dari Eve Ensler ini yang bikin saya jadi santai saja kalau mau bilang vagina atau penis. Hahahah. Pesannya dalem kok. Pada nonton yah!



Tambahan:

Poin #48 Believe in Process adalah apa yang berusaha saya sampaikan lewat tagline page by page, blog ini. Ada yang cukup memperhatikan enggak yah arti sebenarnya tagline itu selama ini? Ada enggak ada, tuh lah saya kasih tahu. Semuanya tentang proses!
__________

Waktu dengar orang bilang 'Pespi' bukannya 'Pepsi'...

1 comment:

Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...