Ini buku pertama dari The Books of Abarat yang keseluruhannya sudah terbit tiga buku. Tahu artinya kan? Artinya akan ada lebih dari tiga buku! KYAAAAAAHISTERISKYAAAA! Saya juga baru tahu waktu sedang berseluncur di internet mencari informasi tambahan untuk menuliskan artikel ini. Saya baca langsung di situs resminya, di sini. Ini reaksi saya yang sebenarnya waktu tahu akan ada total LIMA buku untuk The Books of Abarat.
Di Indonesia sendiri baru diterjemahkan dan diterbitkan dua buku pertama saja. Saya enggak habis pikir kenapa penerbit belum juga menerjemahkan buku ketiga yang sudah keluar sejak 2011 di luar sana. Semoga penerbit masih punya rencana dan akan segera menerbitkan terjemahan buku Abarat ketiga, Absolute Midnight. Namun petualangan di dunia Abarat bermula dari buku pertama ini yang dijudulkan sama dengan nama dunia baru a la Clive Barker itu, Abarat. Saya pertama baca buku fantasi ini waktu SMP, dan ya, buku ini punya arti besar bagi saya.
Padahal, kalau ditanya sekarang, sebenarnya saya enggak terlalu ingat jalan ceritanya. Itu memang kekurangan saya dalam mengingat bacaan-bacaan saya terdahulu yang berujung pada keputusan saya untuk membuat blog buku ini, sedikitnya sudah saya jabarkan disini. Jadi, kalau bukan cerita yang membekas, apa yang diberikan buku ini hingga saya menobatkannya sebagai satu dari buku paling berpengaruh bagi diri saya? Jawabannya, imajinasi.
Jujur yah, saya susah mau menyampaikan betapa ---(enggak punya kata deskripsi yang pas)--- buku ini melalui kata-kata. Saya sudah pernah mencobanya. Waktu aktif di organisasi pers mahasiswa, kami punya jadwal bedah buku sebulan sekali. Datang giliran saya, saya pilih Abarat dan berusaha keras menyampaikan isi buku sekaligus mendiktekan kelebihan dan kekurangan buku ini. Singkat kata, saya gagal. Saya tidak bisa membedahnya dengan profesional. Bedah buku yang saya bawakan malah penuh dengan, “Pokoknya buku ini ajib banget! Kalian semua mesti baca! Baguuusss! Baca, baca, baca!” Ya kan? Enggak profesional banget. Hahaha, maaf yah teman-teman. Tapi entah kenapa, mungkin penasaran, setelah itu mereka banyak yang membeli buku ini (dan pas pula ada diskon besar di Gramedia).
Abarat bercerita tentang petualangan seorang gadis remaja, Candy Quackenbush, yang terseret ke negeri aneh bin ajaib bernama Abarat. Saat sedang berada di padang rumput, tiba-tiba Candy diserang oleh laut, LAUT LOH!, yang pastinya datang entah darimana. Laut itu yang menyeretnya ke Abarat, di mana dia menemukan 25 pulau yang tiap pulau mewakili 24 jam dalam sehari, plus satu pulau ekstra. Jadi, ada pulau jam 2 siang, ada pulau jam 5 pagi, dan seterusnya. Ide ceritanya gila? Bukan apa-apa dibandingkan dengan lukisan-lukisan cat minyak karya Clive Barker sendiri yang bisa kita temukan juga di dalam buku ini. Cerita dan lukisannya adalah satu-kesatuan. Ini yang membuat saya t-a-k-j-u-b. Pengalaman saya saat pertama kali membaca Abarat adalah kagum tak henti-henti. Bahkan sampai sekarang rasa kagum itu masih tersimpan di lubuk hati saya (waw, hahah). Ini saya selama baca Abarat...
Untuk dapat menikmati Abarat, saat itu saya memaksa diri sendiri untuk membuang jauh semua logika dan membiarkan diri tenggelam dalam imajinasi Barker. Dan, ya ampun, seakan-akan sebelum membaca Abarat saya ada di dalam gelembung yang tak kelihatan dan dengan membaca buku ini saya menembus keluar dari gelembung itu. Bukannya melebih-lebihkan, tapi memang itu yang saya rasakan waktu saya membaca buku ini SMP dulu. Mungkin kalau saya membacanya baru sekarang, setelah saya lebih mengenal dunia dan bacaan yang lebih beragam, Abarat tidak akan punya efek sebegitu besarnya pada saya. Mungkin, reaksi saya hanya sebatas kagum atas mahakarya Barker ini. Makanya saya merasa beruntung membaca Abarat waktu saya masih (cukup) polos.
Ini gambar Barker dari buku Abarat pertama untuk padang rumput tempat Candy diseret laut. Kutipannya saya catut dari buku kedua. |
Abarat menyadarkan saya bahwa imajinasi manusia itu adalah layaknya alam semesta, tidak berbatas! Manusia punya kemampuan membayangkan hal-hal yang paling tidak terbayangkan sekalipun, dan punya kemampuan untuk memutuskan apa yang akan dilakukannya dengan imajinasi tersebut. Ini yang membuat imajinasi penting, dia adalah awal dari ide yang akan mewujud. Itu kesimpulan saya, imajinasi ada sebelum ide. Dan alam imajinasi manusia tidak terbatas, lihat saja karya Barker yang satu ini. Betapa menakjubkannya. Bahkan Einstein mengakui pentingnya imajinasi! Dia bilang, "Imagination is more important than knowledge. Imagination is everything. It is the preview of life's coming attractions."
Saya sempat membahas buku 101 Creative Notes karya Yoris Sebastian dan menyampaikan bahwa saya tidak merasa terlalu terinspirasi setelah membacanya. Maaf, itu bukan salah buku itu. Tapi memang Abarat sudah menjadi standar saya untuk buku pemantik inspirasi. Setelah membaca Abarat, saya begitu sadarnya bahwa imajinasi manusia tidak terbatas dan, karena saya manusia juga, itu berarti saya juga punya imajinasi tak terbatas. Begitu otak saya macet saat perlu menghadapi proses kreatif, saya mengingat-ingat lagi keajaiban Abarat dan kembali sadar bahwa masih ada ruang tak terhingga di imajinasi saya. Memang sih idenya tidak langsung jreng muncul begitu saja, tapi setidaknya saya tahu saya tidak perlu putus asa dan bisa berhenti berpikiran, “Aduh, gimana nih? Udah enggak kepikiran apa-apa lagi.”
Dari Abarat ini juga saya mengenal yang namanya ambigram. Lihat judul di sampulnya, coba putar 180 derajat dan Anda akan melihat tulisan yang sama persis. Maklum, waktu itu saya masih SMP, saya benar-benar terkejut diperkenalkan pada seni kaligrafi yang satu ini. Terus saya makin kegirangan waktu saya yang masih SMP itu juga membaca The Da Vinci Code-nya Dan Brown dan ambigram bertebaran di dalamnya. Saya sampai membuat ambigram nama saya sendiri dan saya tempel sebagai sampul buku sketsa saya. Ingin pamer sih, tapi bukunya ada di Medan, saya di Bandung, jadi enggak bisa difoto. Buku sketsa itu tempat saya menuangkan emosi, imajinasi, atau sekedar coret-coret saya untuk latihan gambar. Setiap melihat ambigram nama saya sendiri itu, yang tentunya mengingatkan saya kembali pada Abarat, saya tidak bisa menahan senyum dan mengelus-elus sumber inspirasi saya itu dengan penuh sayang, ahahaha.
Saya senang akan perasaan hangat yang selalu timbul kalau saya mengingat apa yang berhasil dilakukan Barker pada saya melalui Abarat-nya. Buku yang mampu menimbulkan efek seperti itu terhadap saya, tentu wajib saya daftarkan sebagai salah satu buku yang paling berpengaruh bagi saya.
__________
Tulisan ini untuk meramaikan proyek Irwan Bajang #5BukuDalamHidupku. Ini buku saya untuk hari ketiga. Buku hari pertama saya adalah Hiroshima oleh John Hersey, buku hari kedua saya adalah The Secret oleh Rhonda Byrne.
Temenku juga setengah mati pengen baca buku ini, dan sekarang udah jarang kan ya, buku 1 dan 2-nya. Pengen baca juga. :/
ReplyDeleteWaktu ada sale Gramedia, temen2ku pada beli Abarat buku 1 dan 2 dengan harga masing2... siap2... tigapuluhribu saja!!! Aslinya aku beli 99ribu. Ngenes banget gak sih T-T Terus aku nyesel sekarang kenapa aku gak beli lagi aja waktu itu, biar punya dobel.
Deleteselamat siang mba sandra yang baik :)
ReplyDeleteperkenalkan nama saya adi rano,
apakah mba sandra juga menunggu kisah selanjutnya dari abarat .? saya ingin bertanya, untuk seri ke 3 abarat, absolute midnight, apakah sudah terbit di indonesia ? kebetulan saya juga membaca kisah abrat dari clive barker ini dan sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Candy, apabila mba sandra ada info tentang ini mohon di share ya mba, terimakasih :)
adi
Hai Adi Rano :)
DeleteIya nih, saya juga nungguin banget terjemahannya. Setau saya sih buku ketiganya belum terbit di Indonesia. Dan gatau juga kapan akan terbitnya :'(
dan sekarang sudah 2015, yang rencananya 30 Juli nanti akan terbit buku ke-4nya... dan pe sekarang buku ketiga gada yang mau nerjemahin. Bisa sih beli yg English version bukan soal hrg namun males juga baca buku penuh imajinasi dengan bahasa asing (TT^TT) hiks....
ReplyDeleteDiriku baca buku 1 dan 2 pinjem krn saat dulu belom punya penghasilan sendiri :3
Salam kenal -Nan-
Salam kenal, Nan :)
DeleteKalo jadi diterjemahkan buku ketiga itu, kayaknya musti ada syukuran yah. Ahahah
sudah dijual di gramedia. baru keluar. harusnya sih bahasa indonesia :)
Delete