Jonas, Bob. 2013. ChinAlive. Charleston: Vagabond Librarian Publishing.
Saya mendapatkan buku ini melalui Goodreads Giveaway.
Berlatarkan Cina yang akan menyelenggarakan Olympiade 2008, petualangan Charlie Evers pun dimulai. Charlie, remaja Amerika berusia 12 tahun, sudah bertahun-tahun tinggal di Cina bersama keluarganya dan sudah mengusai dengan baik bahasa setempat. Dengan maksud meneliti tentang Sungai Yangtze untuk tugas sekolahnya, Charlie berseluncur di internet menggunakan komputer ayahnya. Akhirnya, dia malah jadi terlibat di chatting room yang membahas tentang gerakan rahasia di Cina, gerakan pro-demokrasi. Charlie yang selalu ingin tahu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya mengakibatkan dia nantinya terlibat dalam sejarah pembentukan Cina yang baru.
Buku ini diawali dengan prolog yang sangat menarik, tentang mitos terbentuknya Sungai Yangtze berdasarkan cerita rakyat Cina. Sungai Yangtze sebagai sungai terpanjang di Asia ini akan banyak disebut-sebut nantinya dalam cerita di novel ini. Jadi, ada baiknya sebelum mulai membaca novel ini, kamu lihat-lihat dulu di internet biar pas mulai baca bisa lebih masuk lagi ke ceritanya (hal ini tidak saya lakukan, jadi agak buram pas mau membayangkan latar tempatnya). Malah saya pikir, buku ini bakal lebih bagus kalau ada gambar atau ilustrasi penunjang, karena ternyata Sungai Yangtze itu indah sekali, loh (udah cek di internet).
Begitu masuk ke ceritanya, penulis memilih pola penulisan yang sering saya jumpai pada karya Dan Brown. Bob Jonas menggunakan alur cerita maju-mundur dan sudut pandang bukan dari satu orang. Yang bikin enggak enaknya, alur ChinAlive benar-benar jumpalitan. Kadang saya enggak mengerti adegan ini ceritanya kapan, adegan itu ceritanya kapan. Dan penggunaan sudut pandang yang serba tahu malah menambah keruwetan cerita ini. Penyampaiannya jadi kurang rapi saja saya rasa.
Untuk ceritanya sendiri, saya suka sih. Ide ceritanya sebenarnya tidak serumit seperti yang saya duga awalnya, namun Jonas mengangkat isu politik yang bisa jadi sensitif dan kontroversial bagi rakyat Cina (saya sok tahu ini, abaikan) sehingga saya enggak merasa tepat kalau mengkategorikan novel ini sebagai buku middle-grade atau bahkan buku anak. Dalam novelnya ini Jonas bermain dengan imajinasi tentang teknologi yang canggih dan mengesankan, sayangnya kesan tersebut jadi kurang nilainya saat narator malah kerap membandingkannya dengan kepunyaaannya James Bond. Padahal gaya pendeskripsian cerita sudah sangat enak diikuti dan dapat memberikan gambaran jelas di kepala saya, namun saat dibilang, “Seperti perlengkapannya James Bond,” imajinasi saya langsung pufff menguap dan jadi, “Hm,” datar.
Yang paling menyenangkan saat membaca ChinAlive justru saat detail-detail kebudayaan dan kebiasaan warga Cina maupun kehidupan para ekspatriat di Cina dijelaskan. Ide cerita yang menggunakan Sungai Yangtze juga benar-benar menarik dan segar. Sayang sekali, masih banyak juga kesalahan ketik yang cukup mengganggu. Novel ini oke dan bisa jadi lebih bagus lagi kalau salah-salah ketiknya bisa diperbaiki dan penyampaian alurnya lebih rapi.
No comments:
Post a Comment
Hi! Thanks for stopping by. I ALWAYS love book talks! So, do leave your comment about this post, it's free ;)